Dalam postingan ini, saya akan membahas tentang tuduhan bahwa "Nabi yang bermuka masam dan berpaling" sebagaimana yang dituduhkan oleh Khalid Basalamah dan orang-orang sepertinya dengan menafsirkan ayat dalam Surat 'Abasa secara serampangan sebagaimana dapat dilihat dalam video YouTube yang saya sertakan di atas.
Benarkah bahwa yang dimaksud yang bermuka masam dan berpaling dalam Surat 'Abasa (Surat ke-80 dalam Al-Quran) adalah Nabi Muhammad ?
Sebelum kita membahasnya lebih lanjut, marilah kita lihat redaksi ayatnya (Surat 'Abasa / 80 : ayat 1) terlebih dahulu sebagaimana adanya :
عَبَسَ وَتَوَلّٰىٓۙ - ١
'abasa wa tawallā (Dia berwajah masam dan berpaling)
KOMENTAR PERTAMA :
Jika mau menisbatkan orang yang bermuka masam dan berpaling ini kepada Nabi Muhammad, mengapa Allah tidak menggunakan kata ganti orang kedua tunggal, yaitu "kamu" ?
Secara kaidah bahasa, jika kita ingin menegur seseorang maka kita akan menggunakan kata ganti "orang kedua tunggal. Sebagai contoh : "Hey kamu, mengapa kamu melakukan ini ?"
Jadi, jika Allah memang ingin menegur Nabi Muhammad, maka Dia seharusnya menggunakan kalimat 'abasta wa tawallā (Kamu berwajah masam dan berpaling). Namun dalam hal ini, Allah menggunakan kata ganti orang ketiga tunggal, 'abasa wa tawallā (Dia berwajah masam dan berpaling).
Kesimpulannya, yang dimaksud "dia" dalam Surat 'Abasa ayat 1 ini adalah bukan Nabi Muhammad.
Jadi, dari KOMENTAR PERTAMA ini, saya menyatakan bahwa pernyataan yang menyatakan bahwa Nabi yang bermuka masam dan berpaling adalah pernyataan yang BATIL.
----------
KOMENTAR KEDUA :
Khalid Basalamah dan orang-orang sepertinya menafsirkan ayat tersebut adalah sebuah bentuk teguran kepada Nabi atas sikapnya yang bermuka masam dan berpaling demi menjadi pembelajaran untuk kita agar jangan bermuka masam.
Apakah untuk memberi tahu tentang sesuatu itu adalah buruk maka seseorang harus melakukannya terlebih dahulu ?
Manakah seseorang yang akan lebih kita dengar ucapannya ketika meminta kita agar jangan bermuka masam, apakah seseorang yang pernah bermuka masam, atau, seseorang yang tidak pernah bermuka masam ?
Bukankah ketika seseorang menyarankan kepada kita agar jangan melakukan suatu keburukan namun ia pernah melakukannya, kita sering berkata padanya : "Ah kamu saja suka berbuat buruk seperti itu."
Jadi, dari KOMENTAR KEDUA ini, saya menyatakan bahwa pernyataan yang menyatakan bahwa Nabi yang bermuka masam dan berpaling adalah pernyataan yang BATIL.
----------
KOMENTAR KETIGA:
Allah SWT berfirman :
اِنَّمَآ اَتَّبِعُ مَا يُوْحٰٓى اِلَيَّ مِنْ رَّبِّيْۗ
“...Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku..." [Q.S. Al-A'raf / 7 : sebagian ayat 203 ]
Jika mengacu pada ayat tersebut, maka wahyu turun terlebih dahulu baru kemudian menjadi sikap dan perbuatan Nabi.
Namun penafsiran dan argumentasi yang menyatakan bahwa "yang bermuka masam dan berpaling" dalam ayat tersebut adalah Nabi dan karenanya kemudian mendapat teguran dari Allah SWT, maka ia sama saja mengatakan bahwa Nabi berbuat "semaunya" terlebih dahulu mengikuti kecenderungannya baru kemudian wahyu diturunkan untuk menegurnya. Dengan kata lain, orang-orang yang memiliki penafsiran bahwa "yang bermuka masam dan berpaling" adalah Nabi maka orang-orang tersebut mengabaikan Surat 'Al-A'raf ayat 203 ini.
Jadi, dari KOMENTAR KETIGA ini, saya menyatakan bahwa pernyataan yang menyatakan bahwa Nabi yang bermuka masam dan berpaling adalah pernyataan yang BATIL.
----------
KOMENTAR KEEMPAT :
Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW. Aisyah menjawab, "Akhlak Nabi SAW adalah Al-Quran" [ HR Muslim ].
Hadits Riwayat di atas dipertegas firman Allah SWT sebagaimana ayat yang telah disampaikan di atas, yaitu :
اِنَّمَآ اَتَّبِعُ مَا يُوْحٰٓى اِلَيَّ مِنْ رَّبِّيْۗ
“...Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku..." [Q.S. Al-A'raf / 7 : sebagian ayat 203 ]
Lalu bagaimanakah akhlaknya Nabi sebagaimana tertuang dalam Al-Quran ?
1. Akhlak Nabi itu benar-benar berbudi pekerti yang luhur
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. [Q.S. Al-Qalam / 68 : ayat 4]
Sekarang jawablah dengan jujur, apakah bermuka masam dan berpaling adalah sebuah budi pekerti yang luhur ?
Jika jawabannya adalah TIDAK, maka sudah dapat dipastikan bahwa orang yang bermuka masam dalam Surat 'Abasa bukanlah Nabi Muhammad.
Jadi, dari paparan ini, saya menyatakan bahwa pernyataan yang menyatakan bahwa Nabi yang bermuka masam dan berpaling adalah pernyataan yang BATIL.
2. Akhlak Nabi itu tidaklah pernah mengikuti hawa nafsunya
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى
Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut keinginannya. [Q.S. An-Najm / 53 : ayat 3]
Sekarang jawablah dengan jujur, apakah bermuka masam dan berpaling adalah sebuah perbuatan yang mengikuti hawa nafsunya ?
Jika jawabannya adalah IYA, maka sudah dapat dipastikan bahwa orang yang bermuka masam dalam Surat 'Abasa bukanlah Nabi Muhammad karena Nabi Muhammad bukanlah orang yang mengikuti hawa nafsunya.
Jadi, dari paparan ini, saya menyatakan bahwa pernyataan yang menyatakan bahwa Nabi yang bermuka masam dan berpaling adalah pernyataan yang BATIL.
----------
KOMENTAR KELIMA :
Nabi bersabda: "Senyumanmu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu." [HR Tirmidzi]
Nabi juga bersabda, "Kalian tidak akan dapat meraih hati manusia dengan kekayaan kalian, tetapi kalian dapat meraih hati mereka dengan wajah yang berseri-seri dan akhlak yang baik." [HR Al Bazar, Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Sanadnya hasan."]
Nabi juga bersabda,“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun juga walau engkau bertemu saudaramu dengan wajah berseri” [HR. Muslim].
Banyak hadits yang menegaskan tentang akhlak Nabi yang senantiasa tersenyum dan menganjurkan tersenyum kepada orang lain terutama kepada saudaranya.
Apakah mungkin Nabi Muhammad yang suci dan disucikan sesuci-sucinya akan tidak melakukan apa yang dinasihatinya kepada orang lain untuk tersenyum dan malahan bermuka masam ???
Sungguh hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh Nabi Muhammad, manusia agung yang suci dan disucikan sesuci-sucinya.
Jadi, dari paparan ini, saya menyatakan bahwa pernyataan yang menyatakan bahwa Nabi yang bermuka masam dan berpaling adalah pernyataan yang BATIL.
----------
KOMENTAR KEENAM :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ - ٢١
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. [Q.S. Al-Ahzab / 33 : ayat 21]
Sekarang pertanyaannya, apakah "bermuka masam dan berpaling" itu merupakan sebuah suri teladan yang baik ???
Jika jawabannya adalah TIDAK, maka sudah dapat dipastikan bahwa orang yang bermuka masam dalam Surat 'Abasa bukanlah Nabi Muhammad.
Jadi, dari paparan ini, saya menyatakan bahwa pernyataan yang menyatakan bahwa Nabi yang bermuka masam dan berpaling adalah pernyataan yang BATIL.
----------
KOMENTAR KETUJUH :
Berbagai penelitian ilmiah telah mengonfirmasikan bahwa senyum yang tulus dapat meningkatkan suasana hati. Tak hanya berpengaruh pada kondisi psikis, manfaat senyum juga berlaku untuk kesehatan fisik.
- Memperbaiki mood
- Melanggengkan hubungan percintaan dan pertemanan
- Meningkatkan daya tahan tubuh
- Meredakan sakit
- Mampu meredakan stres
- Menurunkan tekanan darah
- Menyehatkan paru-paru
- Meningkatkan kreativitas dan kesabaran
- Memelihara kesehatan mental
- Membuat awet muda
Apakah Nabi yang manusia sempurna itu tidak tahu dampak positif dari tersenyum dan dampak negatif dari bermuka masam baik dampaknya terhadap fisik maupun mental ?
Jika jawabannya adalah PASTI TAHU, maka sudah dapat dipastikan bahwa orang yang bermuka masam dalam Surat 'Abasa bukanlah Nabi Muhammad.
Jadi, dari paparan ini, saya menyatakan bahwa pernyataan yang menyatakan bahwa Nabi yang bermuka masam dan berpaling adalah pernyataan yang BATIL.
----------
KOMENTAR KEDELAPAN :
Nabi bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak." [H.R. Baihaqi].
Sekarang saya ingin bertanya, di mana letak menyempurnakan akhlaknya dari sikap bermuka masam ?
Jika jawabannya adalah bermuka masam bukanlah sebuah bentuk akhlak yang mulia dan bukanlah sebuah bentuk menyempurnakan akhlak, maka sudah dapat dipastikan bahwa orang yang bermuka masam dalam Surat 'Abasa bukanlah Nabi Muhammad.
Jadi, dari paparan ini, saya menyatakan bahwa pernyataan yang menyatakan bahwa Nabi yang bermuka masam dan berpaling adalah pernyataan yang BATIL.
----------
Sungguh ceramahnya Khalid Basalamah dan orang-orang sepertinya ini benar-benar telah mendiskreditkan / menistakan Nabi Muhammad.
Seringkali seseorang mencari pembenaran atas sikap dan perilakunya. Mungkin karena dirinya yang suka bermuka masam dan berpaling maka ia berusaha mencari pembenaran dan menisbatkan Surat 'Abasa ayat 1 kepada Nabi Muhammad.
Kesalahan penafsiran / pemahaman akan suatu ayat yang terjadi oleh orang awam berawal dari penerjemahan yang tidak menerjemahkan apa adanya melainkan sudah memasukkan unsur penafsiran dengan menambahkan atau mengurangi atau menerjemahkannya dengan menggunakan kosakata lain dalam redaksi terjemahannya.
Dan dalam kaitannya dengan pembahasan saya dalam postingan ini adalah menambahkan kata dalam kurung (Muhammad) dalam redaksi penerjemahannya sehingga menjadi menafsirkan yang bermuka masam dalam Surat 'Abasa ayat 1 adalah Nabi Muhammad.
Sekali lagi, jika ingin menafsirkan sebuah teks maka terlebih dahulu harus melihat teks itu apa adanya terlebih dahulu. Dan teksnya berbunyi : 'abasa wa tawallā (Dia berwajah masam dan berpaling)
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat, terutama dalam mengajak beragama secara cerdas. Aamiin. Allahumma shali 'ala Muhammad wa aali Muhammad.
Salam Cerdas Bernalar dan Beragama,
Max Hendrian Sahuleka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar