Belakangan ini media sosial diramaikan perkataan Gus Yaqut dalam sebuah wawancara pers di Pekanbaru, Riau, pada hari Rabu, 23 Februari 2022, yang dinilai oleh publik telah menyamakan suara adzan dengan suara gonggongan anjing. Dan kegaduhan ini mungkin diawali dari cuitannya Roy Suryo dalam akun twitternya sebagaimana yang dapat dilihat di bawah ini.
Alangkah baiknya, sebelum kita melakukan penilaian, maka kita mendengarkan dan menyimak dengan seksama perkataan dari Gus Yaqut tersebut. Di bawah ini saya mentranskrip perkataan Gus Yaqut dengan mengacu unggahan Video YouTube di atas yang saya sertakan bersama postingan ini.
Rumah ibadah saudara-saudara kita muslim itu membunyikan TOA sehari 5 kali dengan kencang-kencang secara bersamaan, itu rasanya bagaimana ?
Yang paling sederhana lagi, tetangga kita ini kalau kita hidup dalam satu kompleks misalnya, kiri kanan depan belakang pelihara anjing semua, misalnya menggonggong dalam waktu yang bersamaan, kita ini terganggu nggak ?
Artinya apa ? Bahwa suara-suara, ya suara-suara anjing, apapun suara itu ya, ini harus kita atur supaya tidak menjadi gangguan. Ya speaker di mushola, di masjid, monggo dipake, silahkan dipake, tetapi tolong diatur agar tidak ada yang merasa terganggu. Agar niat menggunakan TOA, menggunakan speaker sebagai sarana, sebagai wasilah untuk syiar, melakukan syiar tetap dapat dilaksanakan tanpa harus mengganggu mereka yang mungkin tidak sama dengan keyakinan kita. Berbeda keyakinan kita harus tetap hargai.
Atas perkataan Gus Yaqut di atas, Roy Suryo bersama Kongres Pemuda Indonesia yang melaporkan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas yang akrab disapa dengan panggilan "Gus Yaqut", yang dinilai oleh mereka menyamakan suara adzan dengan gonggongan anjing.
Pertanyaannya, benarkah perkataannya Gus Yaqut tersebut telah melanggar kesusilaan ?
Dan mungkin saya akan membahas sedikit tentang kesusilaan dengan mengacu kepada definisi kata "kesusilaan" itu sendiri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kesusilaan/ke·su·si·la·an/ adalah sebuah bentuk kata benda yang berarti :
1 perihal susila; yang berkaitan dengan adab dan sopan santun;
2 norma yang baik; kelakuan yang baik; tata krama yang luhur;
Mengacu kepada definisi kesusilaan, lalu apakah perkataannya Gus Yaqut tersebut telah melanggar kesusilaan ?
Sebelum menilainya lebih lanjut, saya akan membuat contoh terlebih dahulu agar dapat memahami secara redaksional tentang pengandaian, dan persepsi kita sendiri yang menganggap itu pengandaian.
"Kamu (misalnya namanya adalah Andi) itu malas kerja. Ayah punya kerbau yang malas dan akhirnya ayah hanya kasih makan sesuai dengan yang ia hasilkan saja. Kalau kamu mau ingin sukses dan mendapat lebih banyak dari yang kamu terima sekarang maka kamu harus rajin bekerja."
Pertanyaannya, apakah si ayah menyamakan Andi dengan kerbau ???
Jika ada yang menilai bahwa Ayahnya menyamakan Andi dengan kerbau, apakah itu memang benar-benar si Ayah menyamakan Andi dengan kerbau atau itu hanyalah persepsi kita saja yang menganggap si Ayah telah menyamakan Andi dengan kerbau ?
Kembali kepada perkataannya Gus Yaqut, maka apakah Gus Yaqut benar-benar menyamakan suara adzan dengan suara anjing, atau itu hanyalah persepsinya si Roy Suryo dan Kongres Pemuda Indonesia ?
Secara pribadi, saya menilai perkataan Gus Yaqut tersebut tidaklah bermaksud menyamakan suara adzan dengan suara anjing, tetapi lebih mencoba mengajak kita untuk berada dalam situasi di mana di sekeliling kita ada suara bising (dan Gus Yaqut mengambil contoh suara anjing), apakah kita terganggu atau tidak ?
Jawaban atas pertanyaan di atas mungkin saja akan bersifat subyektif. Bagi yang beragama Islam, mungkin tidak akan terganggu kalau rumahnya di kelilingi mushola atau masjid. Itu pun mungkin sifatnya relatif atau belum tentu berlaku demikian di sepanjang waktu hidup kita. Apabila kita sedang sakit atau orang tua kita sakit atau ada anak bayi yang membutuhkan ketenangan, mungkin suara keras dari TOA dan Speaker Masjid dan Mushola menjadi mengganggu, baik langsung maupun tidak langsung terhadap diri saya.
Dan menurut saya, itu hanyalah persepsinya Roy Suryo dan Kongres Pemuda Indonesia atas perkataannya Gus Yaqut yang menyamakan suara anjing dengan suara adzan.
Yang pasti, tidak ada kata yang secara eksplisit dari perkataannya Gus Yaqut yang menyamakan suara adzan dengan suara anjing.
Dan bicara tentang kesusilaan, itu sifatnya sangat subyektif. Tinggal tunjukkan saja tentang aturan kesusilaan yang tidak boleh membuat pengandaian jikalau Roy Suryo masih ngotot bahwasannya Gus Yaqut membuat pengandaian yang menyamakan suara adzan dengan suara anjing !
Salam Cerdas Bernalar dan Beragama,
Max Hendrian Sahuleka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar