KUMPULAN ARTIKEL :

Sabtu, 19 Maret 2022

AGAMA VERSUS "AGAMA" : SEBUAH RENUNGAN

 

Dalam konteks ke nampaknya perlu lagi mewacanakan kembali wacana AGAMA VERSUS "AGAMA" sebagaimana yang dilontarkan oleh Ali Syariati.
Agama seharusnya bersifat membebaskan bukan membelenggu.
Agama seharusnya melawan tiran, bukan menjadi tiran baru.
Agama seharusnya menentang kezaliman, bukan menjadi alat melakukan kezaliman baru.
Agama seharusnya menyatukan umat manusia dan merajut sekat-sekat yang ada, bukannya justru memecah belah umat manusia dengan menciptakan sekat-sekat yang baru.
Agama seharusnya membangun kesadaran masyarakat, bukannya justru meninabobokan masyarakat.
Dalam konteks ini, mungkin benar apa yang dikatakan oleh Karl Marx bahwa "agama" adalah candu. Bahkan "agama" bisa menjadi lebih berbahaya dibandingkan candu.
Tidak ada perang dan pembunuhan atas nama candu. Namun kita sering menemukan fenomena perang atas nama "agama". Demi "agama", mereka bukan hanya rela memutus hubungan silaturahim bukan hanya dengan teman, melainkan juga dengan keluarga. Bahkan demi "agama" mereka rela membunuh bukan hanya terhadap orang-orang yang berbeda dengan mereka, bahkan terhadap orang-orang yang tak bersalah.
Jika Nietzsche mengumandangkan "Tuhan telah mati, tuhan telah mati. Dan mungkin kitalah yang membunuhnya.", maka nampaknya "Agama telah hancur. Dan kitalah yang menghancurkannya."
Ingin rasanya aku berteriak dan berkata kepada Marx dan Nietzsche :
Wahai Marx, apa yang "mereka-mereka katakan sebagai 'agama' itu bukanlah agama".
Wahai Nitzsche, apa yang "mereka-mereka katakan sebagai 'Tuhan' itu bukanlah Tuhan".
Tuhan yang mereka pahami adalah Tuhan yang dipersepsikan, bukanlah Tuhan itu sendiri.
Agama yang mereka sebut-sebut adalah sebuah agama yang dipersepsikan, bukan agama itu sendiri. Sebuah agama yang melahirkan berhala-berhala baru.
Kawan, janganlah tertipu dan terpedaya dengan apa yang mereka sebut dengan Agama dan Tuhan tersebut.
Hanya kebodohanlah yang membuat kalian mudah tertipu dan terpedaya.
Itulah mengapa "mereka-mereka" ini berusaha menafikkan akal atau rasionalitas. Padahal kebodohan inilah yang berusaha diatasi oleh para nabi.
Jika candu melemahkan fungsi akalmu, "mereka-mereka" ini berusaha "mengeluarkan / mencabut" akal dari dirimu.
Hanya dengan cara inilah, kalian-kalian akan menjadi "zombi-zombi" yang akan dijadikan sebagai tentara-tentara mereka untuk membunuh terhadap sesama.
Wahai kawan, sekali lagi beragamalah dengan sebenar-benarnya agama.
Agama yang mampu membangun dan mengembangkan kesadaranmu, bukannya mematikan kesadaranmu.
Agama yang mampu membangun dan mengembangkan persatuan antar umat manusia, bukannya menciptakan permusuhan dan peperangan di antara umat manusia.
Agama yang mampu membuatmu menjadi pribadi yang luhur dan beradab, bukannya menjadi pribadi yang sombong dan biadab.
Mungkin kalian akan menganggap apa yang aku paparkan ini bertentangan dengan agama, agama dalam pengertian dan pemahaman kalian.
Silahkan buktikan kebenaran kalian jika memang kalian termasuk orang-orang yang benar.
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan beragama, kita buktikan saja dalam ranah berlomba-lomba dalam kebaikan dan menebar rahmat, bukannya berlomba-lomba dalam keburukan dan menebar laknat.

Jakarta, 15 Juli 2017

Max Hendrian Sahuleka

1 komentar:

  1. Saya suka tulisan renungannya, semua pointnya sangat baik utk dipahami dan dilakukan. Bahwa semua mahluk dimuka bumi bahkan semua alam semesta adalah ciptaannya. Agama utk semuanya

    BalasHapus

  • SHARE