Pada demo besar yang terjadi di berbagai kota pada 28 dan 29 Agustus 2025, tiba-tiba muncul sebuah video yang menyatakan bahwasannya Gibran Rakabuming Raka, Wakil Presiden Indonesia periode 2024 - 2029, turun ke lapangan menemui massa yang tengah melakukan aksi demo besar ini.
Secara logika, saya menemukan kejanggalan akan hal ini yang kesimpulannya mengatakan bahwa video tersebut pasti tidak benar. Namun mencoba untuk tidak berkomentar tersebut sampai menemukan bukti tentangnya.
Secara logika, mengapa saya mengatakan bahwa Gibran tidak mungkin menemui massa demo tersebut ?
Pertama, salah satu demo tersebut menyasar kepada bapaknya, mantan Presiden Indonesia, Joko Widodo, dengan segala isu ijazah palsunya dan kebijakannya yang merugikan bangsa dan negara ini. Sudah pasti, Gibran sebagai anaknya akan kena sasaran. Dedi Mulyadi, Guberur Jawa Barat, yang mencoba menemui massa demo terkena amukan massa yang seperti sudah kehilangan kendalinya.
Kedua, dua orang anggota parlemen yang juga menjadi sasaran demo massa, yaitu Eko Patrio dan Syahroni sampai 'lari' ke luar negeri untuk menghindari amukan massa.
Ketiga, dalam beberapa undangan untuk hadir dalam acara diskusi atau debat saat kampanye yang diadakan beberapa forum, Gibran seringkali secara sengaja tidak mau hadir dalam acara tersebut.
Dan mugkin masih ada beberapa yang menggelayut di pikiran saya yang menyimpulkan bahwa Gibran tidak mungkin menemui massa demo ini.
Dan akhirnya, saya menemukan video dari kawan saya, Novie Bule, sebagaimana tampak di atas yang memaparkan dan menyimpulkan bahwa video yang menyebutkan bahwa Gibran menemui massa demo tersebut adalah HOAX alias bohong.
Video tersebut memang aksi Gibran menemui massa demo, tapi bukan aksi demo massa yang terjadi pada tanggal 28 & 29 Agustus 2025, melainkan aksi Gibran menemui massa demo di Bengkulu yang menentang keberadaannya di Bengkulu.
Meskipun sama-sama demo, demo pada 28 & 29 Agustus 2025 bukan hanya lebih besar melainkan juga lebih emosional. Dan sangat tidak mungkin bagi seorang tokoh menemui massa demo dan diterima dengan baik-baik. Dan ini sudah terbukti pada Dedi Mulyado, Bapaknya Aing, yang katanya tingkat penerimaannya tinggi di masyarakat.
Tapi ya begitulah. Hoax atau berita bohong tetap disebarkan demi membangun citra, khususnya mereka-mereka yang buta terhadap informasi.
BAGAIMANA MENURUT ANDA ?
Max Hendrian Sahuleka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar